Waspadai Masalah Belajar dari Rumah bagi Anak Anda
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah menyiapkan skenario
belajar dari rumah hingga akhir tahun 2020. Hal itu sebagai antisipasi andai
wabah Virus Corona (Covid-19) masih belum berakhir di Indonesia hingga akhir
tahun. Ini artinya bahwa akan semakin memanjang proses anak belajar dari rumah.
Pelaksanaan program belajar dari rumah yang sudah berlangsung cukup lama
memberikan dampak tersendiri terhadap psikologis anak dan orang tua. Menurut
Gantini, psikolog, trainer, dan motivator dari Gant Smart di Bandung,
perpindahan metode anak belajar dari rumah akan berefek pada anak. Selain dampak
Psikologis, Learning from Home ini juga dapat menyebabkan beberapa permasalahan
ergonomis bagi anak. Dan kadang tidak kita sadari itu akan berdampak pada
kesehatan fisik anak-anak kita selama mereka belajar dari rumah.
Menurut Kevin
Carneiro, DO, seorang dokter di Departemen Pengobatan Fisik dan Rehabilitasi di
University of North Carolina di Chapel Hill School of Medicine, postur tubuh
yang salah dan penggunaan komputer yang berlebihan dapat menyebabkan masalah
fisik yang melemahkan, seperti nyeri otot atau cedera stres yang berulang.
Mengetik juga bisa menyebabkan carpal tunnel syndrome, cedera pada saraf yang
melewati pergelangan tangan. Jika hal ini terjadi maka aktivitas belajar untuk
selanjutnya akan terganggu. Beberapa laporan penelitian melaporkan bahwa
penerapan ergonomi di ruang belajar dapat meningkatkan hasil belajar. Dalam hal
ini Sutajaya (2001) melaporkan bahwa penerapan ergonomik partisipatori yang
salah satunya adalah mengubah kondisi statis menjadi dinamis pada proses
pembelajaran anatomi fisiologi manusia dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa dari rerata nilai 6,5 menjadi 7,0.
Penerapan Ergonomi secara umum
bertujuan untuk mendapatkan rancangan system kerja yang optimal dengan
memperhatikan kemampuan, keterbatasan dan variasi pengguna serta interaksi
manusia dengan komponen sistem yang lain. Ergonomi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) merupakan penyerasian antara pekerja, jenis pekerjaan, dan
lingkungan. Ergonomi juga diartikan sebagai ilmu tentang hubungan antara
manusia, mesin yang digunakan, dan lingkungan kerjanya. Isu terkait Ergonomi
dalam pembelajaran online saat ini tentu sangat luas penjabarannya. Dilansir
dari buku Panduan Ergonomi Learning from Home oleh Persatuan Ergonomi Indonesia
menjabarkan beberapa masalah belajar dari rumah terkait dengan isu Ergonomi
salah satunya adalah beberapa keluhan yang sudah disebutkan di atas adalah pada
pengaturan sarana dan tempat belajar yang tidak ergonomis, dan kurangnya
istirahat. Pada masa transisi ini, penerapan Ergonomi bukan hanya untuk orang
dewasa lagi.
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) yang diterapkan
sekarang ini ke siswa baik di tingkat TK, Sekolah Dasar, maupun Sekolah Menengah
Atas, bahkan Perguruan Tinggi. Sistem daring adalah system pembelajaran yang
terhubung melalui jaringan komputer, dan internet. Anak-anak dituntut untuk
mengikuti Pelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan peralatan seperti
laptop, komputer bahkan smartphone. Hal ini jika dilakukan dalam waktu
berjam-jam tanpa adanya jeda ataupun istirahat maka dapat mengakibatkan beberapa
keluhan nyeri pada otot rangka yaitu sakit pada bagian bahu, sakit pada bagian
punggung, dan sakit pada bagian leher.
Hal ini menuntut kita sebagai orang tua
tidak lalai dalam memperhatikan pentingnya sikap ataupun pengaturan tempat
belajar mereka terutama untuk anak- anak usia sekolah dasar. Seringkali tidak
disadari anak-anak duduk dalam posisi yang salah. Hati-hati, kebiasaan ini dalam
jangka panjang bisa merusak postur tubuh yang dapat memicu terjadinya skoliosis,
bahkan duduk sambil membungkukkan tubuh ke meja membuat tulang menjadi bengkok
ke depan atau lordosis.
Didik Librianto, dokter spesialis bedah ortopedi,
konsultan tulang belakang Rumah Sakit Pondok Indah dalam kesempatan sebuah
diskusi di Jakarta Selatan, menjelaskan terdapat dua tipe skoliosis yakitu
skoliosis struktural dan skoliosis postural.
Skoliosis postural, kata Didik
merupakan tipe skoliosis yang disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan tertentu dan
dapat kembali normal jika kebiasaan tersebut dirubah. Dan salah satu kebiasaan
tersebut adalah posisi duduk. Perlu diingat, posisi duduk juga melibatkan
ketidaksesuaian jarak antara tubuh dengan komputer. Bisa juga pengaturan posisi
kursi dan meja yang tidak seimbang, serta posisi kepala dan mata saat melihat
layar komputer yang kurang tepat.
Posisi duduk yang tidak benar bisa berakibat
buruk pada posisi tulang belakang, apalagi jika posisi salah duduk dialami dalam
waktu bertahun-tahun. Hal ini bisa membuat tulang belakang mendapat banyak
tekanan dan bisa menjadi bungkuk. Jika hal itu terjadi, perubahan postur tubuh
yang buruk dan menyebabkan rasa sakit jangka panjang bisa dialami.
Posisi duduk
yang salah juga bisa memunculkan mudahnya badan merasa kelelahan dan pegal.
Hal
ini biasanya menjadi salah satu gejala yang paling umum terjadi dari akibat
posisi duduk yang tidak benar. Pencegahannya adalah ingatkan anak-anak untuk
dapat melakukan gerak tubuh.
Setidaknya beri jeda setiap satu jam sekali, kita
bisa menyelingi dengan berdiri selama beberapa menit sekadar memintanya untuk
berjalan mengambil air minum atau melakukan peregangan kaki.
Selain masalah
duduk, ruangan belajar anak juga perlu mendapat perhatian khusus. Idealnya,
tinggi meja belajar anak-anak harus setara pinggang mereka. Ketika anak duduk,
lihat apakah ia bisa meletakkan sikunya di atas meja tanpa mengangkat pundak.
Selain itu, anak harus bisa meletakkan kakinya rata di lantai ketika duduk di
kursi belajar. Jika tinggi kursi tidak sesuai postur tubuh anak, maka letakkan
bantal di atas tempat duduk atau menyelipkan benda/box di bawah kaki sehingga
kaki tidak menggantung. Belakang punggung anak sisipkan bantal agar pinggangnya
tidak sakit ketika duduk terlalu lama.
Bila anak belajar dengan menggunakan
komputer, pastikan posisi monitor sejauh 18-30 cm di depannya. Dan atur
penerangan layar untuk menjaga mata anak tidak cepat lelah. Sejauh pengalaman
penulis, anak-anak lebih menyukai belajar dengan duduk di lantai. Ini juga perlu
orang tua perhatikan dalam memilih meja belajar untuk anak.
Pandemi ini membuat
banyak orang berinovasi untuk menciptakan berbagai macam meja belajar, dari yang
mahal sampai yang murah, dari berbahan kayu sampai berbahan plastik maupun MDF,
dan dari yang model besar sampai yang model meja lipat.
Dari yang sudah jadi
maupun yang custome sesuai keinginan. Dari banyaknya pilihan itu, jika pilihan
jatuh pada meja lipat untuk belajar dengan posisi duduk di lantai, pastikan
posisi paha horizontal dengan lantai, punggung lurus tapi santai, kepala tidak
membungkuk, dan posisi mata sejajar dengan bahan bacaan, dan yang terpenting
adalah harus memperhatikan sisi ergonomis dimana meja belajar tersebut dirancang
agar dapat memberikan kenyamanan, mengurangi kelelahan, serta menghindari risiko
cedera bagi penggunanya.
Comments
Post a Comment