Menemukan Diri Lewat Kata-kata


Sore itu ada kali setengah jam, aku duduk terpaku di depan MacBook-ku,  menatap layar kosong. Jari-jariku kaku padahal asam uratku sedang bagus-bagusnya. Ada keraguan untuk menguntai jari di atas keyboard, pikiranku penuh dengan emosi yang selama ini terpendam. Kadang pikiranku merasa terjebak dalam kesedihan, kegelisahan meskipun kebahagiaan dan kegembiraan juga melengkapinya. Ada begitu banyak hal yang ingin kuungkapkan, agar kesedihan dan kegelisahan itu terurai dengan baik, meskipun tidak menyembuhkan, minimal meringankan. Semua demi kesehatan jiwa dan raga. Sebab hanya kita sendiri yang mengetahui bagaimana baiknya, bagaimana caranya agar kesedihan dan kepedihan itu tidak bersemayam permanen dalam jiwa.

Pernah seorang teman menyarankan, "Kenapa nggak coba menulis? Kadang, menulis bisa jadi cara terbaik untuk menyembuhkan diri sendiri." Saran itu terus terngiang di kepalaku. Malam itu, aku memutuskan untuk mencoba, mulai mengetik, menceritakan perasaan dan pengalaman yang selama ini kupendam.

Kata demi kata mengalir seperti air. Saat menulis tentang luka lama, tak terasa tetesan air mata jatuh perlahan. Saat kutuliskan tentang ketakutan, harapan yang hampir padam, dan impian yang ingin diwujudkan semakin ringan tubuh menapak, ada sisi lega yang menyelubungi diri.  Semakin banyak menulis, semakin ringan perasaan. Hal-hal yang dulu terasa begitu menyakitkan, perlahan menjadi lebih mudah diterima.

Tak terasa, halaman demi halaman terkumpul. Apa yang awalnya hanya sekadar curahan hati, kini mulai membentuk sebuah cerita.  Aku menyadari bahwa menulis bukan hanya membantu diriku sembuh, tapi harapanku  juga bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Dengan penuh keberanian, dan akhirnya aku memutuskan untuk menyusun tulisanku menjadi sebuah buku.

Setelah mengikuti kelas menulis yang diadakan oleh Indscript creative pimpinan Ibu Indari Mastuti, akhirnya beberapa buku dapat diselesaikan dengan baik. Saat pertama kali melihat namaku tercetak di sampul buku, air mata ini mengalir. Bukan karena sedih, tapi karena lega. Tak terasa setelah melalui perjalanan panjang, dan kini rasa syukur itu menyelimuti diri karena telah menyelesaikan beberapa buku Antologi, dan Insya Allah menyusul single book-nya. "Doain ya!"

Lewat menulis, Aku menemukan cara untuk berdamai dengan masa lalu dan menyembuhkan hati. Menulis bukan sekadar aktivitas, tapi terapi. Kadang, kita hanya butuh sebuah halaman kosong dan keberanian untuk jujur pada diri sendiri.

Judul Buku Antologi yang pernah aku tulis:

  1. BEGINI CARAKU MENULIS BUKU, tips menulis buku untuk para penulis dan dijamin gampang ditiru;
  2. SURAT UNTUK AYAHKU; kumpulan surat untuk ayah tercinta;
  3. IKHLAS, kisah penerimaan dari setiap kenyataannya yang ada;
  4. RAMADHAN KAREEM;
  5. STOP GOSIP;
  6. BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI;
  7. MALAS PERGILAH;
  8. BERDAMAI DENGAN KEGAGALAN;
  9. I'M SINGLE PARENT;
  10. WORKING MOM STORY; 
  11. KALA UJIAN ALLAH MENYAPA; 
  12. MAWAR MERAH, Simbol Keberanian dan Perjuangan Wanita.




Comments

Popular posts from this blog

Materi? bukan jaminan degh! buat anak kita bahagia...

Keretaku Aman, Perjalananku Nyaman

Ubah Hidupmu Lewat Kebiasaan Kecil – Pelajaran dari Buku Atomic Habits