About Me

My photo
Kesederhanaan dalam hidup dan rasa syukur yang ada adalah keutamaan yang ingin diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meraup keberkahan akan rezeki yang telah Alloh sebarkan sehingga bisa bersama-sama maju dalam membangun perekonomian insani yang syariah

SUGENG RAWUUUH..........

silahkan baca kalo suka,kalo ndak yo close aja, silahkan
komentar kalo sempet kalo ndak senyum aja,tidak ada
paksaan,tidak ada pujian ,karena pujianan hanya milikNya
semata...

melangkahlah apa adanya layaknya air yang mengalir tidak
usah dibikin susah karena hidup ini sudah susah, tegar dan
berjuanglah selebihnya pasrahkan sama sing duwe
urip,karena 4JJI maha tahu apa yang terbaik bagi kita...

20.5.13

Obat Generik Berlogo? Siapa Takut!

Ketertarikan awal saya untuk mengetahui lebih jauh mengenai Obat Generik Berlogo ( OGB ) adalah manakala semakin menjamurnya toko obat dan apotik. Contoh nyata di ruko depan perumahan sudah berdiri dua apotik dan dua toko obat. Yang terpikir saat itu adalah ini pasti murah – murah obat yang dijual. Satu sisi saya bersyukur karena akan semakin memudahkan masyarakat untuk dapat memperoleh obat sehingga taraf hidup sehat masyarakat dapat meningkat karena bisa dengan cepat dan mudah mendapatkan obat. Karena obat merupakan salah satu unsur penting dalam pencapaian kesehatan. Saya ingat sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah atas sekitar tahun 1994, ada iklan layanan masyarakat di televisi nasional yang menayangkan ajakan untuk kita tidak segan meminta kepada dokter resep obat generik. Entah bagaimana akhirnya persepsi masyarakat menilai bahwa obat generik adalah obat untuk kalangan masyarakat menengah kebawah. Termasuk persepsi saya yang dahulu masih meragukan apakah dengan obat generik sakit saya akan segera sembuh? Masyarakat cenderung masih meragukan khasiat obat generik dibanding obat bermerk atau obat paten. Padahal awal diluncurkannya obat generik adalah karena harga obat yang semakin meninggi sementara banyak masyakat tidak mampu menjangkau obat bermerk yang relative mahal harganya. Tidak dapat dipungkiri bahwa obat generik masih menimbulkan keraguan, baik dari masyarakat maupun kalangan praktisi kedokteran. Keraguan terhadap obat generik yang harganya lebih terjangkau masyarakat, muncul akibat adanya anggapan bahwa semakin mahal harga obat, semakin baik kualitasnya., obat generik diasumsikan sebagai obat kelas dua bahkan kelas tiga. Karena itu, masyarakat cenderung memilih obat bermerk meski harganya jauh lebih mahal. Anggapan ini jelas keliru, karena dalam hal khasiat dan keamanannya obat generik tidak berbeda dengan obat paten. Hanya saja , obat generik adalah obat yang dalam produksi, distribusi dan penggunaanya memakai nama generik atau nama zat berkhasiat bukan nama dagang atau merek dagang.


Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin misalnya, oleh pabrik ”A” diberi merek ”inemicillin”, sedangkan pabrik ”B” memberi nama ”gatoticilin” dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama: amoxicillin  Yang dimaksud dengan Obat Generik Berlogo (OGB) merupakan program Pemerintah Indonesia yang diluncurkan pada 1989 dengan tujuan memberikan alternatif obat bagi masyarakat, yang dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan obat yang cukup. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Obat_generik )

Awalnya, OGB diproduksi hanya oleh beberapa industri farmasi BUMN. Ketika OGB pertama kali diluncurkan, Departemen Kesehatan RI gencar melakukan sosialisasi OGB sampai ke desa-desa. Saat ini program sosialisasi ini masih berjalan walaupun tidak segencar seperti pada awal kelahiran OGB. Pada awalnya, produk OGB ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan obat institusi kesehatan pemerintah dan kemudian berkembang ke sektor swasta karena adanya permintaan dari masyarakat.

 OGB mudah dikenali dari logo lingkaran hijau bergaris-garis putih dengan tulisan "Generik" di bagian tengah lingkaran. Logo tersebut menunjukan bahwa OGB telah lulus uji kualitas, khasiat dan keamanan sedangkan garis-garis putih menunjukkan OGB dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat.

Sedang Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa hak paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku hak paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik hak paten. Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten kemudian disebut sebagai obat generik (generik= nama zat berkhasiatnya). Obat generik inipun dibagi lagi menjadi 2 yaitu generik berlogo dan generik bermerk (branded generic).

Pandangan masyarakat perlu dirubah salah satunya dengan cara sosialisasi kembali mengenai Obat Generik Berlogo (OGB). Karena sebenarnya pemerintah sudah sejak tahun 1989 meluncurkan OGB yang merupakan program Pemerintah Indonesia dengan tujuan memberikan alternatif obat bagi masyarakat, yang dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan obat yang cukup. Namun, harganya yang murah. dan diberikan kepada masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas yang umumnya adalah yang tidak mampu untuk berkunjung ke rumah sakit besar. Hal ini menimbulkan kesan bahwa OGB diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah hingga saat ini OGB masih dipandang sebelah mata. Untuk menepis anggapan tersebut maka ditingkatkan sosialisasi OGB untuk semua lapisan masyarakat. Sosialisasi OGB yang utama dimaksudkan untuk menghilangkan stigma bahwa obat generik adalah obat murah kelas bawah. Adapun kampanye obat generik yang dilakukan melalui berbagai jalur media, merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terencana, intensif dan terpantau, agar masyarakat sadar bahwa obat generik bukan obat murahan bermutu rendah, tetapi obat murah yang berkualitas di mana Obat Generik Berlogo dari sisi zat aktifnya, persis sama dengan obat paten, sehingga mutunya sama dengan obat paten yang berharga jauh lebih mahal. Harga OGB relative murah dikarenakan tidak menanggung biaya riset (yang jadi beban obat paten), rendahnya biaya kemasan, biaya promosi, dan distribusi ditanggung pemerintah. Obat ini disubsidi, bahkan ada yang dijual rugi. Yang lebih penting lagi adalah dalam penetapan harga sepenuhnya di tangan pemerintah. Sedang menurut Tarcisius T. Randy, Head of Marketing and Sales OGBdexa, dalam http://www.dexa-medica.com/newsandmedia/news/detail.php?idc=2&id=609 mengatakan “OGB murah karena pertama adalah OGB diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga efisien. Selain itu, lanjut Tarcisius, kemasan OGB sederhana namun tetap memiliki kualitas yang baik yang mampu menjamin mutu obat sesuai standar yang ditetapkan”. Tarcius juga mengemukakan bahwa ada dua alasan mengapa kualitas OGB sebanding dengan obat bermerek. Pertama, dari segi spesifikasinya. Spesifikasi OGB sama dengan obat bermerek maupun obat patennya, yaitu berdasarkan farmakope yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI atau farmakope-farmakope lainnya. Misalnya Farmakope Amerika Serikat (United States Pharmacopoeia), Farmakope Jepang (Japan Pharmacopoeia), atau Farmakope Inggris (British Pharmacopoeia). Farmakope ini mengatur mulai dari standar mutu bahan baku sampai dengan obat jadi. Sehingga baik obat bermerek, maupun OGB memiliki standar mutu yang sama. Kedua, setiap produsen yang memproduksi OGB harus memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang diterbitkan pemerintah. Dengan demikian, setiap obat yang diproduksi harus memenuhi standar mutu yang sama. Jadi tidak perlu diragukan lagi bahwa kualitas OGB sebanding dengan obat bermerek. Kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerek dan obat paten karena telah melalui quality control yang sangat ketat. Selain kedua alasan tersebut di atas kualitas dari OBG sama dengan obat paten adalah salah satunya dengan adanya uji bioavailabilities (ketersediaan hayati) dan bio ekuivalensi (kesetaraan biologi) yang mutlak diperlukan. Hasil uji ini menjamin keamanan dan keefektifan obat bagi pasien.

Lahirnya obat generik merupakan inovasi, Mendorong lahirnya inovasi adalah tindakan yang penting termasuk lahirnya OGB yang menyelamatkan jiwa manusia untuk memberantas penyakit yang menimpa masyarakat khususnya masyarakat Indonesia. Saya berharap dengan semakin ditingkatkannya sosialisasi terhadap OGB maka akan semakin membawa kesadaran kepada masyarakat untuk menggunakan obat generik. Dengan semakin luas penggunaan obat generik di masyarakat, maka diharapkan nantinya obat generik bisa menjadi barometer yang dapat mempengaruhi harga obat-obatan lain.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai pemegang kunci dalam penulisan resep, sudah saatnya mengingatkan kembali bahwa salah satu area kompetensi dokter adalah moral, etika, dan medikolegal. Sudah bukan zamannya lagi menganggap penulisan generik tidak bergengsi atau khasiatnya di bawah obat paten atau obat bermerek.

Sebagai Ujung tombak terakhir dalam urutan pelayanan kesehatan adalah peran apoteker. Di beberapa negara maju, untuk kondisi tertentu profesi apoteker diberi kewenangan menuliskan resep. Bila harga obat generik hanya 25 persen dari obat bermerek, sebenarnya tidak ada alasan bagi apotek untuk tidak menyediakannya dengan alasan tidak ada dokter yang meresepkan.

Terbitnya PP Nomor 51/2009 pasal 24b memperbolehkan apoteker mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atas persetujuan dokter dan atau pasien. Tidak ada peraturan satu pun yang melarang apoteker di apotek mengganti obat sesuai dengan kemampuan pasien, seperti yang tertuang pada Kepmenkes 1332/Menkes/SK/X/2002.

So, jangan ragu minta resep obat generik ya...


backlink http://www.dexa-medica.com

3.5.13

Rindu Muhammadku

Siapakah engkau ya Muhammad..


Begitu dahsyatnya engkau berada di relung hati kami..

Seluruh para penghuni alam ini membicarakan engkau..

Jika bukan karena Engkau ya Muhammad...

Semua kami tidak akan pernah mengenal Robb kami...



Duhai ALLOH...

Maukah Engkau menghadirkan Beliau dalam mimpi kami?...

memandang kesejukan wajahnya dalam pelukan hati...

Mendengar kemerduan suaranya memanggil ENGKAU...

sebentar saja YA ALLOH...



Duhai ALLOH...

Semoga Engkau Bangkitkan kami dalam barisan...

yang sama bersama Rosul kami...

Ya Habibi Ya Rosululloh...

Dari yang merindukanmu    



 #mengenang puisimu KH.Ust. Jefry Al Bukhori

Rumah Kepompong Daycare

Rumah Kepompong Daycare
Penitipan anak terpercaya di Pemalang