About Me

My photo
Kesederhanaan dalam hidup dan rasa syukur yang ada adalah keutamaan yang ingin diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meraup keberkahan akan rezeki yang telah Alloh sebarkan sehingga bisa bersama-sama maju dalam membangun perekonomian insani yang syariah

SUGENG RAWUUUH..........

silahkan baca kalo suka,kalo ndak yo close aja, silahkan
komentar kalo sempet kalo ndak senyum aja,tidak ada
paksaan,tidak ada pujian ,karena pujianan hanya milikNya
semata...

melangkahlah apa adanya layaknya air yang mengalir tidak
usah dibikin susah karena hidup ini sudah susah, tegar dan
berjuanglah selebihnya pasrahkan sama sing duwe
urip,karena 4JJI maha tahu apa yang terbaik bagi kita...

20.11.20

Polusi Udara dan Kenaikan Angka Kematian Akibat Covid-19


 

Di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya polusi sudah jadi makanan sehari-hari. Bahkan penampakan langit bersih biru cerah yang didapat Jakarta saat pembatasan sosial kemarin tak bertahan lama. Kini jika menengok ke udara, warna kelam kembali mewarnai atmosfer ibukota.

 

Tahun 2019, Indonesia (Jakarta) pernah masuk sebagai kota peringkat 10 berpolusi terburuk di dunia dengan skor AQI 147.

Melihat Real Time City Indonesia City ranking, Statistik dari Air Visual terhadap kota berpolusi di Indonesia per 7 November 2020 Surabaya berada pada urutan tertinggi dengan skor AQI 163 konsentrasi 45,2 µg/m³, Jakarta AQI 161 konsentrasi 75,2 µg/m³, Semarang AQI 154, Palangkaraya AQI 134, Bandung AQI 128 (data per 7 November 2020)

 

Data pencemaran udara dari Air Visual ini jika kita hubungkan dengan jumlah kasus terkonfirmasi di Indonesia memang terlihat memiliki benang merah.

Jumlah kasus tertinggi menurut data Satgas Covid-19 per 7 November 2020 dipegang oleh DKI Jakarta (25,8 persen) dengan total kasus 107.846 dan jumlah meninggal 2.298. Sementara Jawa Timur yang Agustus lalu berada di peringkat pertama kini berada di urutan kedua (12,7 persen) dengan total kasus 53.274 dan meninggal 3.818. Jika merunut penelitian di atas, polusi sangat mungkin menjadi faktor pemberat bagi kota-kota ini dalam melawan COVID-19.

 

Tingkat keparahan dan kematian akibat COVID-19 bukan hanya disebabkan faktor tunggal saja. Selain penyakit penyerta alias komorbiditas dan jumlah paparan virus, ternyata tingkat polusi udara juga berpengaruh pada risiko kematian pasien.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dr. Herlin Ferliana, M.Kes mejelaskan berdasarkan Analisa di Provinsi Jawa Timur sebanyak 95% pasien positif COVID-19 meninggal karena komorbid. Jenis penyakit bawaan di antaranya penyakit paru-paru.

Para ahli epidemiologi Eropa mengatakan mereka menemukan hubungan antara kanker paru-paru dan polusi udara lokal melalui analisa particulate matter (PM) atau partikulat. Bukti ini dicapai berkat 17 investigasi berkualitas tinggi yang dilaksanakan di sembilan negara Eropa. Demikian menurut laporan yang diterbitkan oleh jurnal medis The Lancet Oncology.

Begitu pula dengan data yang di tampilkan oleh The National Center for Biotechnology pada studi tersebut menyatakan bahwa Jumlah tertinggi kasus COVID-19 tercatat di daerah paling tercemar dengan pasien yang datang dengan bentuk penyakit yang lebih parah yang memerlukan perawatan di ICU. Di wilayah ini, angka kematian dua kali lipat lebih tinggi daripada wilayah lain



 

Dalam analisis terhadap 3.080 kabupaten di Amerika Serikat, para peneliti di Universitas Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan ini  menemukan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari partikel kecil dan berbahaya di udara yang dikenal sebagai PM 2.5 dikaitkan dengan tingkat kematian yang lebih tinggi akibat penyakit tersebut.


                                                                                                                                                                            cleantalk.com


 

Selama berminggu-minggu, pejabat kesehatan masyarakat menduga ada hubungan antara udara kotor dan kematian atau penyakit serius dari Covid-19, yang disebabkan oleh virus corona. Analisis Harvard adalah studi nasional pertama yang menunjukkan hubungan statistik, mengungkapkan "tumpang tindih besar" antara kematian Covid-19 dan penyakit lain yang terkait dengan paparan jangka panjang terhadap materi partikulat halus.

 

Dalam makalah tersebut peneliti mengambil Manhattan sebagai kota percontohan. Manhattan telah menurunkan tingkat materi partikulat rata-rata hanya dengan satu unit, atau satu mikrogram per meter kubik, selama 20 tahun terakhir, kemungkinan besar akan melihat 248 lebih sedikit kematian akibat wabah Covid-19 ini.

 

Secara keseluruhan, penelitian ini dapat memiliki implikasi yang signifikan tentang bagaimana pejabat kesehatan masyarakat memilih untuk mengalokasikan sumber daya seperti ventilator dan respirator saat virus corona menyebar. 

 

Tingkat polusi udara tetap sangat tinggi di banyak bagian dunia. Data baru dari <a href="https://www.who.int/news/item/02-05-2018-9-out-of-10-people-worldwide-breathe-polluted-air-but-more-countries-are-taking-action">WHO</a> menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi. Perkiraan terbaru mengungkapkan jumlah kematian yang mengkhawatirkan sebanyak 7 juta orang setiap tahun yang disebabkan oleh polusi udara ambien (luar ruangan) dan rumah tangga.

 

Polusi udara mengancam kita semua, tetapi orang yang paling miskin dan terpinggirkan menanggung beban bebannya," kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. 

Rekomendasi kualitas udara WHO meminta negara-negara untuk mengurangi polusi udara ke nilai rata-rata tahunan sebesar 20 μg / m3 (untuk PM10) dan 10 μg / m3 (untuk PM25).

 

Dalam hal peningkatan risiko pencemaran udara, tidak ada usia tertentu di mana seseorang dianggap "lebih tua" karena orang menua pada tingkat yang berbeda. Seiring bertambahnya usia seseorang, ada kerentanan yang lebih besar terhadap bahaya lingkungan karena sejumlah faktor, termasuk prevalensi penyakit pernapasan dan kardiovaskular yang lebih tinggi, serta penurunan bertahap dalam pertahanan fisiologis yang terjadi sebagai bagian dari proses penuaan. Anak-anak, penderita diabetes, dan orang dengan SES rendah berisiko lebih besar terkena efek kesehatan terkait polusi partikel.

 

Dilansir dari <a href="https://www.epa.gov/particle-pollution-and-your-patients-health/health-effects-pm-patients-lung-disease">Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat</a> Meskipun sistem pernapasan memiliki ketahanan yang luar biasa terhadap polusi udara melalui mobilisasi mekanisme pertahanan dan perbaikan yang berulang kali, namun paparan terus-menerus terhadap polusi partikel yang meningkat akan berkontribusi pada penurunan fungsi pernapasan, bahkan pada orang yang tampaknya sehat. Oleh karena itu, meskipun kita tidak dapat sepenuhnya menghindari paparan polusi partikel, mengambil langkah sederhana untuk mengurangi paparan akan mengurangi keparahan paru-paru dan efek buruk sistemik pada orang sehat dan lebih sensitif.

 

Sama-sama kita ketahui bahwa COVID-19 masuk ke jalur pernapasan, membuat jaringan paru-paru bengkak sehingga menyulitkan penderitanya bernapas. Ketika mekanisme pertahanan paru sudah melemah akibat polusi maka COVID-19 akan membuat kondisi ini semakin buruk. Jika kita tidak segera memperbaiki penanganan terhadap polusi udara maka kemungkinan berdampak pada semakin meningkatnya angka kematian bagi penderita gangguan pernafasan yang terkena Covid-19.


NitaHasyim

 



No comments:

Post a Comment

Rumah Kepompong Daycare

Rumah Kepompong Daycare
Penitipan anak terpercaya di Pemalang